1. Prof. Pantur Silaban Ph.D
Beliau menjadi guru besar fisika
teori Institut Teknologi Bandung per Januari 1995 dan dikenal sebagai fisikawan
pertama Indonesia (bahkan Asia Tenggara) dalam teori relativitas khususnya
Relativitas umum yang tergolong langka di bidangnya.
Pada tahun 1967, 3 tahun setelah
diangkat menjadi staf pengajar Fisika (1964), putra dari Israel Silaban dan
Regina br Lumbantoruan ini berangkat ke Amerika Serikat untuk belajar
relativitas umum dan ia diterima di pusat kajian gravitasi Universitas Syracuse
langsung di bawah bimbingan Peter Gabriel Bergmann dan Joshua N. Goldberg yang
dikenal sebagai otoritas relativitas umum setelah pencetusnya, Albert Einstein.
Di sana Pantur Silaban memasuki isu paling hangat yakni mengawinkan Medan
Kuantum dan Relativitas Umum untuk meminak Teori Kuantum Gravitasi. Itulah
impian terkenal Albert Einstein yakni meramu keempat interaksi yang ada di alam
semesta dalam satu formulasi yang gagal ia peroleh sampai akhir hayatnya: Grand
Unified Theory. Pekerjaan ini diselesaikan dengan disertasi yang berjudul “Null
Tetrad, Formulation of the Equation of Motion in General Relativity” pada tahun
1971.
Setelah kembali ke Indonesia, Pantur Silaban menjadi orang pertama di Indonesia yang mempelajari relativitas Einstein sampai tingkat doktor. Beberapa risetnya diterbitkan Journal of General Relativity and Gravitation. Sekian banyak makalahnya dimuat berbagai proceedings. Seniornya, Prof. Achmad Baiquni (almarhum), selalu menyebut nama Pantur Silaban sebagai otoritas bila menyinggung nama Einstein dan beberapa kali diundang sebagai pembicara di International Centre for Theoretical Physics (ICTP), Trieste, Italia, yang didirikan Nobelis Fisika, Abdus Salam. Pantur Silaban selalu mencermati indikasi akan keberhasilan Teori Kuantum Gravitasi hingga kini.
Di lingkungan keluarga ia menebang
folklore, “rebung tak jauh dari rumpunnya”. Keempat putrinya, buah perkawinan
dengan Rugun Lumbantoruan, merupakan sarjana dari perguruan tinggi negeri. Anna
Silaban lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Padjadjaran; Ruth Silaban dokter
spesialis saraf lulusan Universitas Padjajaran; Sarah Silaban lulusan Teknik
Sipil Institut Teknologi Bandung dan magister Universitas Teknologi Chalmers,
Swedia; dan si bungsu Mary Silaban adalah lulusan Teknik Geologi Institut
Teknologi Bandung.
Atas kontribusinya dalam dunia sains
khususnya fisika, Freedom Institute – Center of Democracy, Nationalism, and
Market Economy Studies manganugerahkannya Achmad Bakrie Award pada tahun 2009
2. Tjia May On
Tjia May On (lahir di Probolinggo,
Jawa Timur, Indonesia, 25 Desember 1934; umur 77 tahun) adalah guru besar
Fisika Institut Teknologi Bandung. Menyelesaikan sarjana fisika tahun 1962 dari
ITB, ia kemudian meneruskan ke Northwestern University, AS hingga Ph.D tahun
1969. Ia menekuni bidang partikel kuantum dan kosmologi relativistik, dan
kemudian penelitian polimer, optik nonlinier, superkonduktor. Selain mengajar
di jurusan Fisika ITB, ia juga mengajar di program Optoelektronika Universitas
Indonesia.
3. L.T. Handoko
L.T. Handoko adalah salah seorang
fisikawan teori Indonesia dengan fokus penelitian teori fisika partikel. Ia
merupakan salah satu pionir dan penggagas utama Grup Fisikawan Teoritik
Indonesia serta Masyarakat Komputasi Indonesia. Dari kedua organisasi profesi
ilmiah, GFTI dan MKI, inilah muncul kegiatan tahunan dengan model konsorsium
berupa Workshop on Theoretical Physics (WTP) sejak 2004, Workshop on
Computational Science (WCS) sejak 2004, serta Workshop on Nonlinear Phenomena
(WNP) sejak 2006 . Sebagai puncaknya adalah kemunculan jurnal teori pertama di
Indonesia, yaitu Journal of Theoretical and Computational Studies – JTCS
4. Prof.
Freddy
Prof. Freddy Permana Zen, M.Sc, D.Sc
(lahir di Pangkalpinang, Bangka, 1 Maret 1961) adalah seorang dosen dan
peneliti bidang fisika teoretik. Saat ini dia menjabat sebagai profesor bidang
fisika teoretik energi tinggi (theoretical high energy physics) di Institut
Teknologi Bandung dan menjadi direktur di INDONESIA Center for Theoretical and
Mathematical Physics.
5. Yohanes
Surya
Yohanes Surya (lahir di Jakarta, 6
November 1963; umur 48 tahun) adalah seorang fisikawan Indonesia. Ia juga
dikenal sebagai pembimbing TOFI. saat ini Prof. Yohanes Surya Ph.D. aktif dalam
berbagai pelatihan Matematika dan Fisika GASING (Gampang Asyik dan Menyenangkan)
6. Nelson
Tansu
Nelson Tansu (lahir di Medan,
Sumatera Utara, 20 Oktober 1977; umur 34 tahun) adalah seorang pakar
nanoteknologi dan optoelektronika asal Indonesia yang menjadi tenure-tracked
Assistant Professor di Universitas Lehigh (Lehigh University) pada usia 25
tahun (sejak Juli 2003). Tansu menyisihkan lebih dari 300 doktor[rujukan?]
untuk mendapatkan jabatan Assistant Professor tersebut di Universitas Lehigh
sejak Juli 2003. Universitas Lehigh merupakan salah satu universitas papan atas
di Amerika Serikat. Berdasarkan US News and World Reports 2009, Lehigh
University memiliki ranking yang sama dengan beberapa universitas terkemuka
lainnya di Amerika Serikat seperti Georgia Institute of Technology, University
of Wisconsin-Madison, University of California-San Diego, University of
Illinois-Urbana Champaign, dan New York University[rujukan?].
Riset Tansu adalah dalam bidang
fisika terapan (Applied Physics) terutama dalam bidang semikonduktor,
nanoteknologi, dan fotonika. Sejak April 2007 sampai April 2009, beliau
dipromosi menjadi Peter C. Rossin (Term Chair) Assistant Professor di
Universitas Lehigh. Sejak Mei 2009 (usia 31 tahun) sampai April 2010, Tansu
dipromosi menjadi Associate Professor dengan tenure di Universitas Lehigh.
Sejak May 2010 sampai sekarang, Tansu dipromosi menjadi Class of 1961 Chair
Associate Professor (dengan tenure) di Universitas Lehigh.
Nelson Tansu merupakan putra kedua
dari pasangan ayah (Almarhum) Iskandar Tansu dan ibu (Almarhum) Auw Lie Min. Ia
dilahirkan di Medan, dan besar di Medan. Tansu menyelesaikan pendidikan dari
TK-SD-SMP-SMA di Yayasan Perguruan Sutomo 1 Medan, di mana beliau merupakan
lulusan terbaik saat menyelesaikan pendidikan SMA di Mei 1995. Kemudian, dia
melanjutkan pendidikan S1 (BS) sampai S3 (PhD / Doktor) di Universitas
Wisconsin – Madison.
7. Roby
Muhamad
Roby Muhamad adalah pakar jejaring
sosial.
Sebelumnya ia adalah seorang
fisikawan Indonesia yang kemudian beralih menjadi sosiolog dan dikenal lewat
keterlibatannya dalam proyek Dunia Kecil (Small World). Ia adalah anak bungsu
dari empat bersaudara pasangan Prof Dr Wahyu Karhiwikarta, seorang spesialis
kedokteran olahraga, dan dr Hanariah Wahyu, seorang spesialis anak. Ia
menyelesaikan pendidikan tingkat sarjananya pada tahun 1998 di Institut
Teknologi Bandung dengan topik mengenai lubang hitam Stephen Hawking, yang
kemudian dilanjutkannya dengan meneruskan program magister pada perguruan
tinggi yang sama, dengan topik mengenai teori string dan teori-M, yang
diselesaikannya pada tahun 2000. Tahun 2010 ia memperoleh gelar doktor dari
Departemen Sosiologi, Universitas Columbia, New York, Amerika Serikat.
Usai menyelesaikan pendidikan
doktor-nya, Roby pulang ke Indonesia. Saat ini Roby tercatat sebagai staf
pengajar di Fakultas Psikologi Universitas Indonesia dan mendirikan AkonLabs,
sebuah lembaga riset nirlaba yang berfokus pada aplikasi sains socio-behavioral
untuk perubahan kultur.
8. Hans
Jacobus Wospakrik
Hans Jacobus Wospakrik (lahir di
Serui, Papua, 10 September 1951 – meninggal di Jakarta, 11 Januari 2005 pada
umur 53 tahun) adalah seorang fisikawan Indonesia yang merupakan dosen fisika
teoritik di Institut Teknologi Bandung.
Hans adalah seorang yang mendapatkan penghargaan
fisikawan terbaik oleh Universitas Atma Jaya Jakarta atas pengabdian,
konsistensi, dan dedikasinya yang tinggi dalam penelitian di bidang fisika
teori. Ia memberi sumbangan berarti kepada komunitas fisika dunia berupa
metode-metode matematika guna memahami fenomena fisika dalam partikel elementer
dan Relativitas Umum Einstein. Hasil-hasil penelitiannya ini dipublikasikannya
di jurnal-jurnal internasional terkemuka, seperti Physical Review D, Journal of
Mathematical Physics, Modern Physics Letters A, dan International Journal of
Modern Physics.
9. Hendry
Izaac Elim, S.Si, M.Sc, Ph.D
Hendry
Izaac Elim (lahir di Ambon, Maluku, 22 Januari
1969) adalah seorang fisikawan Indonesia.
Elim
memperoleh gelar sarjana fisika
teori pada tahun 1995 di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta dan setelah itu
bekerja sebagai dosen pada Universitas Pattimura, Ambon. Pada tahun 1999 ia
memperoleh gelar master fisika teori di Institut Teknologi Bandung. Pada tahun
2001 ia melanjutkan studi ke jurusan fisika, National University of Singapore
(NUS), Singapura dalam program P.hD di bidang nonlinear optik dari nanopartikel
dan lulus pada tahun 2005.
Sebelum lulus PhD nya, ia bekerja
sebagai Research Fellow dari Oktober 2004 sampai dengan Januari 2006 di
Departemen Teknik Kimia dan Biomolekuler, Fakultas Teknik, NUS. Selanjutnya ia
bekerja sebagai Postdoctoral Fellow di jurusan fisika, NUS dari Januari 2006
sampai dengan September 2007.
Sejak Oktober 2007, ia bekerja
sebagai Research Assistant Professor di Institute of Multidisciplinary Research
for Advanced Materials (IMRAM) di Universitas Tohoku, Jepang. Prestasi dan
pencapaian Hendry begitu fenomenal dan sensasional. Karyanya amat fantastis!
Bayangkan saja, di jurnal internasional telah lebih dari 40 publikasi.
10. Asam Damanik
Asan Damanik (lahir di Simalungun,
Sumatera Utara, 11 November 1963; umur 48 tahun) adalah seorang fisikawan
Indonesia.
Pendidikan
Asan Damanik lulus SMA tahun 1983
dari SMA Negeri 3 Pematangsiantar. Setelah lulus SMA, Asan Damanik melanjutkan
studi ke Institut Pertanian Bogor dan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kedokteran
Hewan (Drs. Med. Vet) pada tahun 1987. Setelah lulus dari Institut Pertanian
Bogor, Asan masuk ke Jurusan Fisika FMIPA Universitas Gadjah Mada dan
memperoleh gelar sarjana fisika teori pada tahun 1992 dan sejak Maret 1992
bekerja sebagai dosen fisika pada Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. Pada
tahun 1995 Asan melanjutkan studi S2 di Pascasarjana Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta dan memperoleh gelar master fisika teori pada tahun 1997. Pada tahun
2000 melanjutkan studi S3 (doktor) ke Institut Teknologi Bandung dalam bidang
Fisika Teoretis dibawah bimbingan Prof. Pantur Silaban, tetapi tidak sampai
selesai karena di awal 2002 Asan pergi ke Jerman untuk bergabung dengan Grup
Fiska Partikel Fundamental Johannes-Gutenberg University, Mainz, Germany
dibawah bimbingan Prof. Jurgen G. Körner. Studi S3 kemudian dilanjutkan tahun
2004 di Pascasajana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dalam bidang Fisika
Teoretis (Fisika Partikel Fundamental) dengan Tim Promotor Prof. Muslim, Ph.D.
sebagai Ketua, dan Ko-promotor Prof. Pramudita Anggraita, Ph.D, dan Mirza
Satriawan, Ph.D, namun pada pertengahan tahun 2008 Ketua Tim Promotor Prof.
Muslim meninggal dunia dan kemudian diganti oleh Dr. Arief Hermanto. Pada
Januari 2009, Asan akhirnya berhasil meraih gelar Doktor (Dr.) dalam Fisika
Teoretis dari FMIPA UGM Yogyakarta setelah berhasil mempertahankan disertasi
berjudul Massa Neutrino Dirac dan Pemekaran Model GWS di hadapan Tim Penguji.
Tahun 2010 melalui Program Academic Recharging (PAR) C Dikti Kementerian
Pendidikan Nasional, Asan melakukan riset dalam Theoretical High Energy Physics
khususnya untuk penggunaan non-Abelian discrete symmetry group dalam fisika
partikel fundamental dibawah bimbingan Prof. Ernest Ma di Department of Physics
and Astronomy, University of California, Riverside, USA.
No comments:
Post a Comment