Pada zaman dulu ada seorang lelaki yang pekerjaanya mencari kayu bakar di hutan. Suatu ketika dengan menggunakan perahu ia tiba di pantai Latuhalat. Tepatnya di ujung tanjung Latuhalat, Dusun Waimahu kemudian ia berjalan mendaki bukit, menuruni lembah naik dan sampailah ia di puncak gunung lalu ia mencari kayu-kayu di situ. Ketika matahari mulai terbenam lalu ia beristirahat, ia hendak menuruni lembah menuju ke pantai. Tetapi hari sudah malam, maka ia menggambil keputusan untuk bermalam di situ.
Kemudian ia melihat-lihat dan matanya tertuju disuatu tempat
yang sangat bersih. Malam itu bulan purnama cahayanya terang-menerang menerangi
tempat itu. Ia hendak tidur tetapi ia belum dapat memejamkan mata, ia diganggu
binatang-binatang kecil antara lain, agas, nyamuk dan ular. Tiba-tiba seekor
ular datang menelanya kemudian memuntahkanya kembali tiba-tiba bunyi gemuruh
seakan-akan membelah bumi ini, ia menjadi takut dan merinding bulu romanya.
Saat itu pula berdirilah seorang bapak tua, yang tinggi dan
berbadan besar. Dan ia sempat menoleh kebelakang ia melihat hanya satu mata
pohon bulu tumbuh di tempat itu. Dengan kemarahanya bapak tua itu bertanya ”Hai
anak muda, siapa namamu dan dari mana asalmu?” Lelaki itu menjawab, Saya
bernama Yongker, asal dari manipa dan tinggal di Benteng. Bapak tua itu kembali
bertanya, mengapa kamu memasuki petuananku dan merusak hutan-hutan yang ada di
daerahku? Maka dengan takut dan gemetar Yongker bersembah sujud didepan bapak
tua, dan bertanya ”Bapak ampunilah dan kasihilah saya, saya ini tak beribu, tak
berayah, pekerjaanku sehari-hari mencari kayu di hutan, dijual demi kebutuhan
hidup saya.
No comments:
Post a Comment