Saturday, May 4, 2013

SELF PURIFICATION SEJARAH

print this page 
Berkali-kali sejarah menunjukkan kepada kita bahwa ia akan selalu memberikan pelajaran kepada manusia. Sejarah, selalu membuktikan kepada kita bahwa ia akan membersihkan diri dari dari segala kebohongan yang memanipulasi kejadian sejarah. Akan selalu ada adagium yang tepat benar: ketika kebohongan semakin menjadi-jadi, maka kebohongan akan meruntuhkan dirinya sendiri. Tidak pernah ada perjalanan sejarah yang bertahan dari self purification (pemurnian sendiri) oleh sejarah ini.
Beberapa tahun yang lalu, Hitler menggunakan kebohongan-kebohongan untuk menutupi kejahatannya. Secara sistematis, mereka-mereka yang menjadi perpanjangan tangannya menyuarakan suara-suara manipulasi, dan menjelaskan dan menuliskan sejarah versi mereka. Maka dimana-mana Hitler mendapat tempat, pujian dan kehormatan.
Sayangnya, manipulasi sejarah tidak dapat dipertahankan. Sejarah membuktikan sendiri "perjalanan" yang sebenarnya. Oleh karena kebohongan-kebohongannya tidak dapat lagi dikendalikan, Hitler terperosok ke dalam self purification sejarah. Dari yang dipuja, kini dihujat. Dari yang "membentuk", kini tidak lebih dari seorang penjahat yang dikutuk dunia.
Kita juga pernah mengalami self purification sejarah. Mulanya Orde Baru hadir dengan janji mengenai kemakmuran dan kesejahteraan. Ada sejarah yang mengalir dari tangan mereka: Indonesia yang adil dan makmur. Di mana-mana pembangunan digalakkan. Wajah Indonesia dijadikan ramah dan rajin. Ekonomi meningkat, beras melimpah, uang beredar terkendali. Dan era tinggal landas sudah di depan mata bangsa Indonesia.
Sayangnya, semuanya hanya utopi yang penuh dengan kebohongan. Sejarah, lagi-lagi tidak dapat terus menerus berada di muka penuh kebohongan penguasa. Orde Baru kebablasan. Kebohongan demi kebohongan terungkap. Sejak dari awalnya, kritik di alamatkan kepada penguasa. Tetapi semuanya ditampik. Sampai akhirnya ketika semua kebohongan tidak dapat lagi ditutup-tutupi. Orde Baru terkoyak dan terbukalah jalan bagi self purification sejarah.
Dan yang lebih disayangkan lagi, hari-hari ini kita menyaksikan kebohongan-kebohongan semakin meraja-lela, seolah tidak pernah belajar dari kejadian sejarah di masa lalu. Para petinggi negara, pejabat negara yang seharusnya menjadi panutan, mengembangkan permainan yang memanipulasi sejarah, termasuk kebohongan kepada publik. Alibi demi alibi disusun. Mulai dari diri sendiri, keluarga, pengikut, bahkan pengacara "pesanan" pun ikut-ikutan bohong. Mata kita dipoles oleh sumpah mereka atas nama Tuhan. Sayangnya, kebohongan (pasti akan) terungkap dengan jelas.
Haruskah kita selalu menunggu self purification dari sejarah? Mengapa kita tidak pernah belajar bahwa kebohongan selalu digantikan oleh hujatan dan cercaan perjalanan sejarah?
Manusia modern, sepertinya telah kehilangan kemampuan untuk berpikir. Corgito ergo sum, kata Descartes suatu ketika. Dan kelihatannya pikiran-pikiran manusia sudah kehilangan kemampuan untuk belajar, bernalar, dan memikirkan kejadian-kejadian yang telah lalu, yang berupa rangkaian sejarah. Pikiran-pikiran manusia, sudah tidak mampu lagi memikirkan mengenai adanya "teguran-teguran sejarah" di masa lalu. Manusia, tidak mampu bercermin dari kehidupan para pembohong di masa lalu. Dan bukan hanya itu, manusia bahkan kehilangan kemampuan untuk memikirkan kelayakan, kebenaran, kepatutan, bahkan keindahan sama sekali.
Manusia kehilangan sesuatu yang sangat berharga dari dirinya: pikirannya. Manusia kehilangan sesuatu yang membuatnya berbeda dari dunia binatang: rasionalitas.
Maka, alangkah wajarnya, ketika manusia tidak mampu berpikir lagi, sejarahlah yang akan mengambil alih segalanya. Self purification dari sejarah, akan mengatur dan membawa manusia ke dalam fakta nyata, yaitu bahwa kebohongan (manusia) akan selalu diungkapkan oleh sejarah.
Selamanya. 

No comments:

Post a Comment