Saturday, May 4, 2013

Coretan kecil

print this page 
Detik-detik terakhir seorang Pemimpin sebuah judul film yang diangkata dari kisah nyata seorang pemimpin, banyak nilai yang tertuang di dalamnya, hingga akan menitipkan pesan begitu dalam akan hikmah hidup bersama hiruk pikuk realitas ini. Dimana film tersebut menceritakan seorang figur pemimpin yang begitu sangat dicintai oleh raknyatnya – yang kemudian harus meniggalkan yang mungkin pada saat itu masih sangat membutuhkan sang figur pemimpin seperti itu. Seluruh wilayah, pelosok atau apapun namanya. Menyeruh hingga menderu tapi bukan karena mesin-mesin melainkan tangisan yang sangat perih, tangisan yang seakan-akan membanjiri tanah airnya, tangisan penuh penyesalan. Namun, pertanyaannya kemudian adalah, apa yang istimewa dari seorang figur yang telah membuat mata bahkan hati harus menangis pilu ?.
Kalau ditanya apa yang istimewa  dari seorang figur pemimpin seperti yang diceritakan dalam film itu, tentunya secara pribadi saya akan mengatakan (dalam kerangka berfikir normatif dan matrealis) tidak ada. Dimana ketika seorang figur pemimpin dalam suatu negara, yang hidup dalam kesederhanaan, dan bertempat-tinggal dalam sebuah gubuk bukan istana yang megah, dalam arti kata sangat memasyarakat hingga tak ada sekat lagi antara seorang pemimpin dan rakyatnya. Semuanya sama dan setara. Tidak ada perbedaan antara dia dan rakyatnya, memimpin rakyatnya dengan penuh kecintaan dan tanggung-jawab, melindungi rakyatnya dan selalu berada digaris depan dalam kondisi sedarurat apapun, Hingga wajar saja ketika semua orang akan kehilangan figur seperti itu.
Dalam konteks yang lebih luas, akan mencakup keseluruhan dari apa yang menjadi objek kita, ketika kita membicarakan seorang figur, ya tentunya kita mesti mengenal sang figur lebih jauh, mungkin dari biografinya yang mencakup segala hal pula. Mungkin untuk mempermudah, kita mengambil contoh real seorang figur pemimpin yang tiada bandingannya, yang kata Kang Jalal dalam bukunya Islam Aktual “Jika kita mengukur kebesaran dengan pengaruh, beliau seorang Raksasa sejarah”. Beliau adalah Rasulullah SAW (salam & shalawat tercurah pada beliau dan keluargga beliau). Lanjut Kang Jalal Rasululah SAW (secara global – pen.) adalah seorang pemimpin yang telah berjuang meningkatkan tahap ruhaniah dan moral suatu bangsa yang tenggelam dalam kebiadaban. Rasulullah SAW pun sangat mencintai ummatnya dengan penuh rasa cinta dan dari aspek kehidupannya pun, kita ketahui bersama dari berbagai riwayat bahwa beliau sangatlah sederhana yang lebih mengutamakan kaum papa dibandingkan dirinya. Rasulullah SAW dalam majelis-majelisnya pun sangat demokratik hingga siappun berhak untuk angkat bicara bahkan komplen. Sungguh hal yang luar biasa.
Nah, secara karesteristik dari referen diatas, tentunya pemimpin harusnya mampu untuk lebih demokratik untuk semua aspirasi yang ada, bukannya aspirasi itu ditampung atau dibungkam melainkan diaspirasikan. Pemimipin yang selalu mebuka ruang-ruang demokrasi dan mampu untuk membuka telinga atas segala keluhan dan keritikan, juga membelalakkan matanya agar dapat melihat setiap kepedihan dan penderitaan anak negeri disetiap ruas-ruas kota sampai kepelosok-pelosok desa. Pemimpin harusnya peka atau cermat terhadap Relitas Sosial yang tentunya hal tersebutpun bukan sekedar janji-janji melainkan realiasaskikan. Karena sesuatu tindakan akan dikatakan benar apabila Verbal dan Non Verbal itu sejalan. Itu baru sebagian kecil dari sekian banyak yang mesti dipenuhi untuk menjadi seorang pemimpin.
Dan dalam konteks kebangsaan kita hari ini bahkan sampai kapanpun dan dimanapun, semua orang akan merindukan bahkan sangat membutuhkan figur pemimipin seperti Rasulullah SAW, atau setidaknya seperti yang  (diceritakan – pen) dalam kisah nyata film yang berjudul “detik-detik terakhir seorang pemimpin” itu. Karena hanya dengan cinta orang akan merasa damai, hanya dengan cinta orangkan merasa tentram, dan dengan bahasa cinta yang teraktualkan lewat tindakan yang penuh rasa cinta. Jadi, pemimpin yang sebenarnya adalah ketika dia mampu mencintai rakyatnya dengan rasa kasih dan sayangnya hingga mengantararkannya kepada tujuan yang SESUNGGUHNYA. Semoga !.

No comments:

Post a Comment