Detik-detik
terakhir seorang Pemimpin sebuah judul film yang diangkata dari kisah nyata
seorang pemimpin, banyak nilai yang tertuang di dalamnya, hingga akan
menitipkan pesan begitu dalam akan hikmah hidup bersama hiruk pikuk realitas
ini. Dimana film tersebut menceritakan seorang figur pemimpin yang begitu
sangat dicintai oleh raknyatnya – yang kemudian harus meniggalkan yang mungkin
pada saat itu masih sangat membutuhkan sang figur pemimpin seperti itu. Seluruh
wilayah, pelosok atau apapun namanya. Menyeruh hingga menderu tapi bukan karena
mesin-mesin melainkan tangisan yang sangat perih, tangisan yang seakan-akan
membanjiri tanah airnya, tangisan penuh penyesalan. Namun, pertanyaannya
kemudian adalah, apa yang istimewa dari seorang figur yang telah membuat mata
bahkan hati harus menangis pilu ?.
Kalau
ditanya apa yang istimewa dari seorang
figur pemimpin seperti yang diceritakan dalam film itu, tentunya secara pribadi
saya akan mengatakan (dalam kerangka berfikir normatif dan matrealis) tidak
ada. Dimana ketika seorang figur pemimpin dalam suatu negara, yang hidup dalam
kesederhanaan, dan bertempat-tinggal dalam sebuah gubuk bukan istana yang
megah, dalam arti kata sangat memasyarakat hingga tak ada sekat lagi antara
seorang pemimpin dan rakyatnya. Semuanya sama dan setara. Tidak ada perbedaan
antara dia dan rakyatnya, memimpin rakyatnya dengan penuh kecintaan dan
tanggung-jawab, melindungi rakyatnya dan selalu berada digaris depan dalam
kondisi sedarurat apapun, Hingga wajar saja ketika semua orang akan kehilangan
figur seperti itu.
Dalam
konteks yang lebih luas, akan mencakup keseluruhan dari apa yang menjadi objek
kita, ketika kita membicarakan seorang figur, ya tentunya kita mesti mengenal
sang figur lebih jauh, mungkin dari biografinya yang mencakup segala hal pula.
Mungkin untuk mempermudah, kita mengambil contoh real seorang figur pemimpin
yang tiada bandingannya, yang kata Kang Jalal dalam bukunya Islam Aktual “Jika
kita mengukur kebesaran dengan pengaruh, beliau seorang Raksasa sejarah”.
Beliau adalah Rasulullah SAW (salam & shalawat tercurah pada beliau dan
keluargga beliau). Lanjut Kang Jalal Rasululah SAW (secara global – pen.)
adalah seorang pemimpin yang telah berjuang meningkatkan tahap ruhaniah dan
moral suatu bangsa yang tenggelam dalam kebiadaban. Rasulullah SAW pun sangat
mencintai ummatnya dengan penuh rasa cinta dan dari aspek kehidupannya pun,
kita ketahui bersama dari berbagai riwayat bahwa beliau sangatlah sederhana
yang lebih mengutamakan kaum papa dibandingkan dirinya. Rasulullah SAW dalam
majelis-majelisnya pun sangat demokratik hingga siappun berhak untuk angkat
bicara bahkan komplen. Sungguh hal yang luar biasa.
Nah,
secara karesteristik dari referen diatas, tentunya pemimpin harusnya
mampu untuk lebih demokratik untuk semua aspirasi yang ada,
bukannya aspirasi itu ditampung atau dibungkam melainkan diaspirasikan.
Pemimipin yang selalu mebuka ruang-ruang demokrasi dan mampu untuk membuka
telinga atas segala keluhan dan keritikan, juga membelalakkan matanya agar
dapat melihat setiap kepedihan dan penderitaan anak negeri disetiap ruas-ruas
kota sampai kepelosok-pelosok desa. Pemimpin harusnya peka atau cermat terhadap
Relitas Sosial yang tentunya hal tersebutpun bukan sekedar janji-janji
melainkan realiasaskikan. Karena sesuatu tindakan akan dikatakan benar
apabila Verbal dan Non Verbal itu sejalan. Itu baru sebagian
kecil dari sekian banyak yang mesti dipenuhi untuk menjadi seorang pemimpin.
Dan
dalam konteks kebangsaan kita hari ini bahkan sampai kapanpun dan dimanapun,
semua orang akan merindukan bahkan sangat membutuhkan figur pemimipin seperti
Rasulullah SAW, atau setidaknya seperti yang
(diceritakan – pen) dalam kisah nyata film yang berjudul “detik-detik
terakhir seorang pemimpin” itu. Karena hanya dengan cinta orang akan merasa
damai, hanya dengan cinta orangkan merasa tentram, dan dengan bahasa cinta yang
teraktualkan lewat tindakan yang penuh rasa cinta. Jadi, pemimpin yang
sebenarnya adalah ketika dia mampu mencintai rakyatnya dengan rasa kasih dan
sayangnya hingga mengantararkannya kepada tujuan yang SESUNGGUHNYA. Semoga !.
No comments:
Post a Comment