Di hampir
setiap wacana yang telah mendunia, dan di hampir setiap pembicaraan tentang
kecenderungan, tidak ada satupun pembicaraan yang bebas dari faktor teknologi
informasi ( TI). Pengaruh teknologi jenis terakhir tidak hanya dahsyat di
tingkat wacana, ia juga dahsyat di tataran realita. Sebagai bukti pendukung,
coba cermati teknologi internet yang menyatukan dunia hanya ke dalam sebuah
desa global. Perhatikan juga hiruk pikuk bisnis dotcom yang datang dan hilang
dalam waktu yang demikian singkat. Pagi hari diberitakan sebagai pahlawan bisnis
dengan keuntungan jutaan dolar, besok sorenya diberitakan potensial bangkrut.
Ini hanya mungkin terjadi di dunia dotcom. Di dunia belajar, TI sudah
menjungkirbalikkan sejarah. Dari dulu kita dibiasakan pada pola anak mudalah
yang mesti belajar dari orang tua. Namun dalam dunia TI, sudah menjadi
pemandangan di mana-mana, orang tualah yang harus belajar dari anak-anak muda.
Agak berbeda dengan banyak
orang yang menempatkan teknologi terakhir hanya pada fungsi pendukung, saya
kira TI memiliki fungsi jauh lebih penting dari sekadar fungsi pendukung.
Fungsi supporting memang merupakan fungsi TI yang paling tradisional. Kemudian,
karena perkembangan dalam dirinya, sekaligus perkembangan dinamika di luar
dirinya hadirlah fungsi automating, di mana ia membuat sejumlah cara kerja dan
cara hidup menjadi lebih otomatis. ATM, telephone banking, hanyalah sebagian
dari fungsi-fungis automating tadi.
Tidak berhenti di sini, ia
juga berkembang ke dalam fungsi informating. Membuat informasi berjalan cepat
dan akurat. Bahkan bisa menyatukan dunia ke dalam sebuah sistim informasi yang
life. Apa yang terjadi detik ini juga bisa diketahui dari belahan dunia yang
lain. Kinerja jaringan berita CNN yang mengagumkan dan on line office hanyalah
sekadar contoh.
Lebih dari sekadar membantu
penyebaran informasi, belakangan teknologi ini juga ikut memformat ulang cara
kita hidup dan bekerja (reformatting). Lihat saja cara kerja kita yang berobah
total gara-gara kehadiran TI. Bermodalkan telepon seluler, sebuah komputer
jinjing, serta PDA (personal digital assistant) yang semuanya serba kecil dan
ringan, saya bisa mengelola perusahaan dengan dua ribu karyawan di Jawa Tengah
dan sebuah perusahaan konsultan di Jakarta, dari sebuah desa terpencil di Bali
Utara sana.
Kendati fungsinya sudah demikian
banyak, toh TI masih berlari. Ia juga hadir sebagai inspiration technology --
demikian Compaq menyebutnya. Dan tidak keliru, karena teknologi jenis terakhir
ini memang telah menjadi sumber inspirasi yang amat mengagumkan. Ia hadir
dengan kemungkinan-kemungkinan yang tidak terbatas. Mirip dengan pesan seorang
rekan warga negara Amerika yang pernah berpesan ke saya : 'The difference
between the impossible and the possible lies in our imagination, which is the
beginning of our success or failure'. Dengan demikian, kemampuan kita
berimajinasi - sebagai awal dari keberhasilan atau kegagalan - ditentukan
sebagian oleh kemampuan kita menguasai TI.
Banyak hal tidak mungkin
jadi mungkin gara-gara TI. Sekadar contoh sederhana, di desa saya yang
terpencil sana belum ada fasilitas telepon dari Telkom, tetapi telepon seluler
digunakan banyak orang di sana. Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, kalau
desa kecil ini bisa melompat dalam teknologi komunikasi. Tanpa melalui telepon
biasa, sudah melompat menuju telepon seluler.
Dengan modal imajinasi,
tidak tertutup kemungkinan TI bisa menjadi enlightening technology. Teknologi
yang mencerahkan hidup banyak orang. Tidak hanya bisnis esek-esek dan selingkuh
yang diuntungkan oleh teknologi ini, kehidupan pencerahan juga diuntungkan.
Bayangkan, kalau Anda bisa bekerja dari mana saja - bahkan dari puncak gunung
yang sepi sekalipun - bukankah kemudian Anda dan saya bisa melaksanakan
kegiatan meditasi tanpa mengurangi waktu kerja ? Lebih dari sekadar bisa
bermeditasi sambil bekerja, tumpukan-tumpukan informasi bisa jauh dikurangi
dari kepala. Saya menyimpannya di personal digital assistant atau note book.
Dalam beban kepala yang demikian berkurang - paling tidak beban menyimpan
informasi - bukankah keheningan dan kejernihan mudah sekali berkunjung ? Apa
lagi dengan hadirnya mobile internet, saya bisa mengakses dan berguru
pencerahan dari guru-guru tingkat dunia sambil menunggu pesawat di bandar
udara. Belum lagi teknologi yang berwujud multi media. Telepon seluler
dilengkapi PDA, musik, mesin fax, kamera dan masih banyak lagi yang lain. Ia
tidak hanya mempermudah kehidupan, tetapi juga mencerahkan.
Di suatu sore yang
melelahkan, di pinggiran jalan Sudirman Jakarta ada tiga pengemis yang mengadu
nasib dengan cara yang berbeda. Pengemis pertama yang hanya menerima rezeki
sepuluh ribu rupiah hari itu mengeluh ke rekannya yang lain. Sebab rekannya
yang kedua bisa menghasilkan seratus ribu hari itu. Setelah dicermati, eh
rupanya gelas yang digunakan sebagai tempat uang pengemis kedua diberi tulisan
'lapar.com'.
Pengemis ketiga lebih
hebat lagi, ia bisa menghasilkan satu juta hari itu. Dan ketika ditanya apa
yang dia ditulis di gelas tempat uangnya. Ia menjawab yakin : 'e-lapar'. Masih
ada plusnya, pengemis ketiga ini didatangi seorang manajer dari perusahaan
terkemuka mengajak untuk segera IPO. Barangkali Anda bisa memberi tahu,
termasuk fungsi TI yang manakah lelucon terakhir ?
Gede Prama adalah seorang
pembicara publik, presiden Dynamics Consulting, CEO sebuah perusahaan swasta serta
beralamat di www.gedepramaideas.co
No comments:
Post a Comment