Oleh : HERU K WIBAWA
Pada tahap ini saya berharap hasil
pencarian identitas diri melalui ziarah batin yang baru saja kita lakukan telah
membawa pada satu pengertian dan pemahaman atas diri anda sendiri.
Titian-titian kehidupan yang telah membentuk dan memberi identitas pada diri
saudara, yang kembali saudara kunjungi dengan menyingkap kabut yang selama ini
tertutup untuk digali dan dipahami maknanya, saya harapkan telah memberikan
pengertian baru pada identitas diri anda sendiri.
Kalau anda tidak juga melihat diri saudara
sendiri dengan 'kacamata' kemanusiaan yang baru, saya khawatir bahwa saya tidak
berhasil menemani ziarah anda. Tetapi kalau saat ini anda melihat bahwa diri
anda adalah manusia yang penuh dengan nilai-nilai kemanusiaan, dan kalau
andapun telah mampu melihat orang lain sebagai sesama manusia dengan
nilai-nilai kemanusiaan yang sama seperti yang saudara miliki. Saya harus
mensyukurinya, karena saya telah mampu membangkitkan kembali 'manusia baru'
yang terlahir kembali.
Sebagaimana yang diistilahkan bercumbu
dengan kekekalannya A Harefa (Berguru pada matahari) yaitu saat visi, tujuan,
cita-cita atau impian yang agung melintasi batas ruang dan waktu. Impian yang
mulia berfondasikan nilai-nilai, yang abstrak tak terlihat mata jasmani,
seperti fondasi suatu bangunan yang tidak terlihat dipermukaan tanah. Tujuan
yang agung digerakkan oleh hati nurani, hukum-hukum moral, keyakinan spiritual.
Ia dipandu oleh rasa takut dan rasa kasih yang besar pertama-tama kepada Tuhan,
dan karena Tuhan kepada manusia.
Kembali pada 'fitrah' kemanusiaan adalah
syarat mutlak bagi siapapun untuk masuk kedalam langkah yang paling penting
dalam kehidupan setiap insan, yaitu pemaksimalan potensi diri. Kalau ziarah
batin itu mengarah pada masa lalu, maka pemaksimalan potensi adalah mengarah
pada masa depan. Kalau menemukan kemanusiaan anda merupakan 'kemerdekaan
pratama' maka pemaksimalan potensi adalah 'kemerdekaan purna' dalam kehidupan
setiap manusia.
Kemerdekaan pratama, adalah pada saat anda
menemukan keutuhan pemahaman diri sendiri. Kemerdekaan ini memberikan anda
penemuan jawaban atas pertanyaan -pertanyaan mendasar pada kehidupan setiap
insan, siapakah saya, darimana saya, ke mana saya pergi? Kemerdekaan ini sering
saya permudah dengan 'pemahaman panggilan kemanusiaan', kemerdekaan yang
membebaskan dari belenggu keterbatasan 'semu', yang selama ini mengikat dan
membelenggu potensi yang anda miliki, kebebasan untuk kembali pada nilai
kemanusiaan yang utuh sebagaimana karunia yang dipercayakan pada saudara saat
saudara terlahir didunia ini. Sehingga istilah 'lahir kembali', 'kembali ke
fitrah' adalah definisi lain yang sudah secara umum dimengerti orang.
Sementara pada konsepsi kedua yang akan
kita mulai, saya akan membawa saudara pada kemerdekaan purna, yang harus
diawali oleh kemerdekaan pratama. Kita akan menjelajahi lorong-lorong 'perawan'
yang sama sekali baru, dan belum tersentuh. Kita akan bersama didunia
'metanoia' yaitu dunia impian yang penuh gairah dan emosi, yang sering saya
sebutkan sebagai 'membangkitkan raksasa yang tidur'. Saya teringat legenda cerita
'Kumbakarna' yang menghabiskan hidupnya untuk 'bertapa tidur', seketika ia
bangun, ia mampu memporak porandakan pasukan musuh, dan untuk mengakhiri
hidupnya sebagai patriot dan pahlawan sejati, menggenapi rencana Ilahi dalam
hidupnya.
Tujuan kita itu adalah apa yang disebutkan
Maxwell Maltz (Psycho Cybernetics) yang kutip dalam Sukses tanpa gelar /A
Harefa, sebagai 7 (tujuh) ciri kepribadian sukses yaitu :
- Sense of direction, mampu mengarahkan dan memimpin diri
sendiri,
- Undersatnding, mampu memahami diri sendiri dan orang lain,
- Courage, keberanian bertindak meski harus menghadapi resiko,
- Charity, kemurahan hati, suka menolong dan bersedia membagi
miliknya pada orang lain,
- Esteem (self esteem), memiliki harga diri yang sehat,
- Self Acceptance, bisa menerima kelemahan yang dimiliki
sekaligus meyakini kekuatan-kekuatan unik yang dimilikinya,
- Self confidence, kepercayaan diri yang berkaitan erat dengan
penerimaan diri.
Yang dikutip pula dari Duane Schultz
(Growth Psychology: Model of healthy personality), yang mencoba mencari
titik-titik persamaan orang berkepribadian sehat yaitu:
1.
Mengontrol kehidupannya dengan sadar (mungkin tidak rasional) tetapi tetap
mampu mengatur tingkah laku dan bertanggungjawab terhadap nasib sendiri dengan
tidak menyalahkan lingkungan dan mengkambinghitamkan orang lain,
2.
Mengetahui apa dan siapa diri mereka, dengan segala kelemahan dan kelebihan,
dan tidak mau menjadi sesuatu yang bukan diri mereka sendiri,
3.
Besandar kuat pada masa kini (bukan masa lalu), disisi lain memandang masa
depan sebagai sesuatu yang sangat penting, tetapi tidak mengganti masa kini,
4. Ia
tidak merindukan ketenangan dan kestabilan, tetapi mendambakan tantangan dan
kegembiraan dalam kehidupan, tujuan-tujuan baru dan pengalaman-pengalaman baru.
Dasar pemaksimalan potensi diri.
Pemahaman nilai kemanusiaan tidaklah harus
berhenti pada penerimaan perbedaan dalam setiap individu (termasuk diri
sendiri), yang akan memberikan kebijaksanaan dalam melakukan hubungan dengan
orang lain. Akan tetapi yang lebih penting lagi adalah bagaimana kita mampu
melangkah maju lagi, menggunakan sarana interaksi (yang telah mengalami
pencerahan) dengan orang lain bagi pemaksimalan potensi diri. Langkah ini
apabila dilakukan bersama dengan individu yang lain akan merupakan gerakan
massal pemaksimalan potensi masyarakat.
Tidak setiap orang telah mengalami
pencerahan, sehingga yang harus menjadi dasar dalam hubungan dengan orang lain
adalah bahwa kita tidak pernah bisa mengatur apa yang akan dilakukan orang lain
terhadap diri kita, tetapi kita secara mutlak dapat mengatur apa yang akan kita
lakukan bagi diri kita sendiri dan bagi orang lain untuk merespon perlakuan
mereka pada kita. Demikianlah prinsip dasar pemaksimalan potensi yang walaupun
banyak faktor akan tergantung pada orang lain, tetapi apa yang akan berhasil
kita raih lebih bergantung pada apa yang dapat kita lakukan dari pada apa yang
diperbuat dan disediakan orang lain yang tidak dapat kita kontrol.
Walaupun dalam ziarah pada empat titian
hidup nampak banyak sekali faktor ekstern yang mempengaruhi pembentukan
kepribadian seseorang anak, tetapi seperti prinsip dasar kita, bahwa kita tidak
dapat membendung apalagi mengulangi pembentukan dan pengaruh yang ada dan sudah
tertanam yang dilakukan orang lain pada diri kita. Tidaklah disangkal akan
merupakan hal yang lebih baik jikalau kita hidup pada pembentukan yang
sempurna, baik keluarga, pembelajaran, agama dan budaya serta dalam masyarakat
tetapi kenyataannya hal demikian sangatlah jarang dan hampir tidak mungkin dapat
ditemukan.
Bagi mereka yang merasa tidak memiliki
kesempurnaan proses pembentukannya, tidak perlu berkecil hati, karena justru
hampir semua orang dalam kondisi yang demikian dan tulisan inipun mengambil
asumsi yang demikian. Bahkan bagi mereka yang merasakan kekurangannya, itu
justru merupakan langkah awal yang baik untuk menyadarinya guna diperbaiki,
yang selanjutnya dikembangkan untuk mencapai pemaksimalan potensi.
Tantangan terbesar dalam perjuangan
pemaksimalan potensi berasal dari diri sendiri, disisi lain kunci
keberhasilannya juga adalah justru pada kemampuan untuk menguasai diri. Karena
proses ini dilandasi oleh keterbukaan, keberanian dan kerelaan untuk
menginstrospeksi diri serta tekad, kekuatan, semangat pantang menyerah dan daya
tahan dalam proses pemaksimalan pribadi yang berlangsung seumur hidup.
Diri sendirilah yang menentukan, karena
dengan citra diri sesuai dengan potensi yang kita bentuk, akan menciptakan
image yang baik dalam hubungan dengan orang lain dan akan melahirkan 'arus
positif' yang mengalir dari diri kita yang akan mempengaruhi lingkungan seperti
apapun keadaan lingkungan itu, yang akhirnya akan menjadi positif pula. Bukan
kita yang dikendalikan lingkungan tetapi kitalah yang menguasai lingkungan
untuk menggerakannya sesuai dengan keinginan kita.
Sehingga untuk mencapai hidup dengan
potensi maksimal, yang harus ditanyakan adalah seberapa kemauan pribadi saudara
untuk meraihnya, dan bukan pada seberapa dukungan dari lingkungan yang telah
dan akan saudara terima. Dari satu sisi hal ini sangat menguntungkan karena
pemaksimalan potensi diri dapat dilakukan oleh siapapun juga dan berangkat dari
keadaan apapun.
Tetapi dilihat dari skala yang lebih
besar, keefektifan pengaruhnya akan cepat dirasakan dalam masyarakat apabila,
setiap pribadi dalam masyarakat melakukan proses pemaksimalan, sehingga 'arus'
positif yang beredar dalam masyarakat akan semakin kuat, yang tentunya sangat
menguntungkan bagi semua pihak.
Dasar pemaksimalan potensi dapat saya
padatkan dalam 5 dasar yang akan menjadi landasan cara melihat diri, melihat
masa depan dan pijakan serta motivasi yang akan menjadi 'bahan bakar' dalam
meniti langkah-langkah pemaksimalan potensi. Sebagaimana mesin yang selalu
memerlukan bahan bakar, maka 5 dasar ini akan merupakan semangat, pendorong dan
harus senantiasa dikembangkan dalam menghadapi tantangan bagi tercapainya
pemaksimalan potensi. Sehingga dasar ini harus dikuasai dan dimiliki serta
terus dikembangkan, karena tanpa kekokohan landasan, maka langkah selanjutnya
akan rapuh dan mudah runtuh. [ bersambung ]
No comments:
Post a Comment