Di dalam sejarah Islam, dikisahkan ketika Nabi Muhammad saw
ber-tahannuts (berdiam diri) di gua Hira, kemudian datanglah malaikat Jibril
menyerukan kepada Muhammad: "Bacalah!..". Dengan gemetar Nabi
Muhammad menjawab: "Aku tak dapat membaca…" Lagi-lagi malaikat Jibril
menyeru: "Bacalah!" diikuti jawaban yang sama dari Nabi, demikian
sampai tiga kali, baru kemudian turunlah ayat pertama dalam Al-Quran yang bisa
ditafsirkan:" Bacalah dengan nama Tuhan yang telah menciptakan ...".
Sebuah pertanyaan timbul, mengapa Tuhan menyuruh Nabi Muhammad
untuk membaca sementara Nabi waktu itu tidak bisa membaca dan menulis. Sungguh,
pertanyaan ini pernah mengganggu pikiran saya kira-kira sepuluh tahun yang
lalu. Lama ketika pelan-pelan saya mulai sadar bahwa bagi saya yang disebut
sebagai Kalam Ilahi tidak hanya apa yang tertulis dalam kitab, tapi sebenarnya
adalah semua hal yang ada dihadapan kita. Dan bila memang itu yang dimaksudkan
Tuhan, sungguh merupakan pertanda yang sangat indah ketika Tuhan membuat sebuah
skenario sejarah seperti di atas.
Seperti layaknya membaca tulisan, ada beberapa kategori dalam
membaca, pertama adalah kita membaca sesuatu 'rangkaian huruf yang dimaksudkan
sebagai tulisan' tanpa pernah kita tahu apa itu, sama halnya yang terjadi saat
saya 'membaca' atau melihat rangkaian huruf Kanji sedang saya belum mengerti
sedikitpun apa dan bagaimana huruf Kanji itu.
Yang kedua adalah saya membaca tulisan latin, hanya sayangnya
bertuliskan kata-kata dalam bahasa Prancis yang kembali saya belum pernah
sedikitpun belajar bahasa Prancis. Kemudian yang ketiga saya membaca tulisan
latin, berbahasa Indonesia tetapi disitu membahas topik perihal masak-memasak
misalnya yang saya masih harus banyak belajar mengenai hal itu. Bagaimana-pun
mungkin susah bagi saya untuk langsung menangkap maknanya dengan sekali
membaca.
Sedang yang keempat saya membaca tulisan latin memakai bahasa yang
saya mengerti yang membahas mengenai hal tentang misalnya hukum mekanika
Newton, sesuatu yang kebetulan saya mengerti benar. Nikmat sekali rasanya saya
'mengunyah-ngunyah' bacaan itu.
Bisa dibayangkan kalau analogi 'membaca' ini sebenarnya sebuah
'kehendak' supaya kita membaca bukan hanya tulisan tetapi apa pun yang ada
disekitar kita. Seperti layaknya kata kerja membaca tapi berlaku pada semua
indera tidak hanya mata. Saya hanya kawatir kita sebagai umat manusia masih dan
selalu bertahan pada kategori 'membaca' pada tahapan pertama ataupun kedua
tanpa pernah ada kemauan untuk mencoba belajar untuk mencapai
pengertian-pengertian pada kategori berikutnya.
Suatu contoh sederhana bagi saya adalah sebuah 'aturan-main'-Nya
yang sebenarnya kita sudah bisa 'membaca'-nya adalah: Kekerasan tidak
menghasilkan apa-apa kecuali kerugian, penderitaan, sakit hati, dendam dan
berpotensi terhadap timbulnya kekerasan-kekerasan berikutnya. Saya yakin jauh
di kedalaman hati nurani sebagian besar manusia sudah bisa 'membaca' hal ini.
Hanya saja kekerasan masih saja ada sejak anak Adam sampai detik ini.
Contoh lain adalah misalnya Sejarah telah menceritakan dengan
test-case sejak jaman Romawi kuno bahwa pemerintahan negara yang penuh dengan
korupsi dan ketidak jujuran tidak akan menghasilkan apa-apa kecuali menjadikan
negara miskin secara kolektif. Detik ini pun masih ada negara dengan
praktek-praktek pemerintahan seperti itu, seperti pada sebagian besar negara
Afrika Tengah, Amerika Latin dan dengan sedih harus saya katakan itu juga
terjadi tidak jauh dari mata saya…negara kita.
Mungkin tidak perlu melihat jauh ke ujung 'lingkaran kepedulian'
kita, pada 'lingkaran pengaruh' kita yang paling dekat pun bisa kita jadikan
sebuah 'bacaan' yang menarik. Tiba-tiba di depan kita ada orang yang
membutuhkan pertolongan, 'bacalah' itu kemudian lakukan sesuatu yang bisa kita
lakukan pada hal tersebut apa yang kita mampu lakukan. Lihatlah hal tersebut
berlanjut kepada 'bacaan' yang bagaimana, kemudian 'baca' kembali, lakukan
sesuatu, 'baca' lagi, dan seterusnya. Saya bisa berbagi kepada anda bahwa hal
ini akan menjadikan kehidupan anda menjadi more and more interesting.
Dan ketika kita mulai terbiasa dengan 'bacaan-bacaan' tersebut,
kita akan mulai melihat dan percaya bahwa sebenarnya Tuhan selalu memberikan
kita bahan 'bacaan' melalui apapun yang terjadi disekitar kita. Tuhan selalu
berbicara pada setiap individu kita melalui pengalaman-pengalaman pribadi unik
untuk kita yang masing-masing kita memiliki 'kekayaan' yang hanya kita sendiri
yang memilikinya -bahkan bagi orang kembar identik pun ketika pertama lahir
sedah berbeda 'bacaannya' ketika dipisahkan beberapa detik keluar dari perut
ibunya-.
Saya berusaha untuk selalu mendengar (baca: membaca) apa yang
Tuhan selalu 'berbicara'-kan, inginkah anda ?
No comments:
Post a Comment